Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Studi Kasus: Menghitung Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover)

Case Study: Calculating Working Capital Turnover
Berjumpa lagi sahabatku. Kesempatan kali ini penulis gunakan untuk berbagi ilmu mengenai cara menghitung perputaran modal kerja atau working capital turnover. Penulis menyajikannya dengan contoh kasus sehingg bisa diterapkan dengan mudah oleh praktisi bisnis, mahasiswa maupun teman-teman guru dan dosen. Penulis sama sekali bukan bertujuan menggurui sahabat sekalian. Pada dasarnya penulis senantiasa belajar dan terus belajar. Olehnya itu untuk tidak membuang masa ayo kita mulai.

Penjualan Netto 

Penjualan netto merupakan penjualan bersih milik perusahaan yang dihasilkan dari penjualan tidak termasuk retur penjualan. Soemarso (2009:124) menegaskan bahwa penjualan bersih merupakan penjualan (pada nilai faktur) yang dikurangi dari pengembalian, termasuk pengurangan harga, kemudian biaya transport yang dibayar kepada langganan serta potongan penjualan yang diambil. 

Penegasan Hery (2013:112) bahwa penjualan bersih (net sales) merupakan penjualan kotor dikurangi dengan retur dan penyesuaian harga jual dan potongan penjualan. Berbagai pengertian yang diberikan para ahli sehingga memunculkan sintesis bahwa penjualan bersih merupakan hasil dari penjualan yang sudah dikurangi dengan retur dengan harga yang telah di sesuaikan serta potongan penjualan. Dalam hal ini penjualan bersih dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: 1. Retur dan Penyisihan Penjualan (sales returns and allowance) 2. Potongan Penjualan (sales discounts) 

Aktiva Lancar

Konfirmasi oleh Zaki Baridwan (2011: 21) bahwa aset lancar adalah kas dan aset atau sumber lain yang diharapkan dapat dikonversi menjadi kas atau dijual atau dikonsumsi selama siklus operasi normal entitas atau dalam satu tahun, mana yang lebih lama. 

modal kerja-working capital

Menurut S. Munawiri (2014: 14), menjelaskan: aset lancar adalah uang tunai dan aset lainnya yang diharapkan dapat direalisasikan atau ditukar dengan uang tunai, dijual atau dikonsumsi dalam periode berikutnya (tidak lebih dari satu tahun atau selama siklus operasi  normal perusahaan). Menurut Kashmir (2010: 77) termasuk dalam kelompok inventaris: Kas, Bank, Surat Berharga, Piutang dan Persediaan  

Utang Lancar

Menurut Hanaf (2008: 29), utang adalah pengorbanan finansial yang mungkin timbul di masa depan dari kewajiban organisasi saat ini untuk mentransfer aset atau memberikan layanan kepada pihak lain di masa depan sebagai akibat dari transaksi atau peristiwa masa lalu. Dari Munawir (2004: 18) Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum dipenuhi jika utang ini ada sumber pendanaan atau ekuitas perusahaan dari kreditur. Dari Tjahjono (2009: 152), kewajiban adalah suatu kewajiban perseroan yang timbul dari transaksi masa lalu dan terutang dalam bentuk tunai, barang atau jasa di masa depan. Hutang dapat diklasifikasikan ada dua jenis utang, yaitu utang jangka pendek dan utang jangka panjang. (Zefri Maulana dan Ayang Fhonna Safa, 2017)  

Working Capital

Menurut Sujarwen (2017: 186) bahwa modal kerja adalah investasi perusahaan dalam kas, sekuritas, piutang dan persediaan dikurangi kewajiban lancar yang timbul membiayai aktiva lancar. Kemudian menurut Fahm (2015: 117) bahwa modal kerja adalah investasi aset lancar seperti kas, surat berharga, persediaan dan piutang. Adapun menurut Kasmir (2019: 250) bahwa modal kerja adalah modal yang digunakan untuk menjalankan fungsi perusahaan. Modal kerja merupakan investasi pada aset lancar atau aset jangka pendek seperti kas, bank, surat berharga, Piutang, persediaan dan aktiva lancar.

Jenis-Jenis Modal Kerja

Menurut Kasmir (2019), ada dua jenis modal kerja perusahaan:

Modal Kerja Kotor

Modal kerja kotor (gross working capital) terdiri dari semua komponen itu ada di semua aset lancar  dan sering disebut sebagai modal. Ini berarti beberapa jenis aktiva seperti kas, bank, surat berharga, piutang, persediaan serta aktiva lancar lainnya

Modal Kerja Bersih

Modal kerja bersih (net working capital) terdiri dari semua komponen aset lancar dikurangi  kewajiban lancar (kewajiban kurus). Liabilitas lancar meliputi utang usaha dan utang bank jangka pendek (satu tahun), utang gaji dan utang jangka pendek lainnya.  

Menurut Riyanto (2015:61) Ada dua jenis modal kerja yaitu:

Modal Kerja Konstan

Modal kerja yang harus tetap ada di perusahaan agar dapat melakukannya memenuhi kewajibannya atau dengan kata lain modal kerja dengan cara tertentu senantiasa dikelola untuk menjamin kelancaran jalannya perusahaan. Modal kerja konstan atau permanen dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

Modal Kerja Utama

Modal kerja utama merupakan jumlah minimum modal kerja  yang harus tersedia. Perseroan menjamin kelangsungan kegiatan usahanya

Modal Kerja Normal

Ini adalah jumlah modal kerja yang dibutuhkan dalam area produksi normal

Modal Kerja Variabel

Dalam hal ini modal kerja variabel merupakan modal kerja dengan jumlah bervariasi sesuai dengan kondisi yang berubah. Modal kerja ini terdiri dari:

Modal Kerja Musiman

Yaitu modal kerja yang besarnya bervariasi sesuai fluktuasi musiman.

Modal Kerja Siklis

Yaitu modal kerja yang besarnya bervariasi karena fluktuasi ekonomi

Modal Kerja Darurat

Modal kerja darurat adalah modal kerja yang besarnya bervariasi karena  keadaan darurat yang tidak terduga (misalnya pemogokan, banjir, perubahan ekonomi mendadak, dan lainnya)

Working Capital Turnover

Bambang Riyanto (2001:62) mengemukakan bahwa perputaran modal kerja (working capital turnover) adalah rasio antara penjualan dengan modal kerja. Perputaran modal kerja yang tinggi menunjukan semakin besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba melalui penjualan dan akhirnya akan meningkatkan profitabilitas.

Contoh Kasus

Manajer keuangan bernama Mu’ayanah Magfirah berusaha mengetahui perkembangan perputaran modal kerja pada perusahaan PT. Marif Jaya Membangun. Untuk mengetahui  perkembangan perputaran modal kerja digunakan rasio perputaran modal kerja menurut Bambang Riyanto (2016) yaitu perbandingan antara penjualan netto di bagi dengan aktiva lancar dikurangi utang lancar. Oleh karena itu analisis di mulai dari tahap mengukur pertumbuhan penjualan netto, pertumbuhan aktiva lancar dan pertumbuhan utang lancar.

Pertumbuhan Penjualan Netto

Data-data di ambil dari laporan keuangan  PT. Marif Jaya Membangun sebagai contoh. Periode analisis dari tahun 2020-2022. Berikut laporan laba rugi  PT. Marif Jaya Membangun:

Terlihat pada tabel di atas penjualan netto perusahaan cenderung makin berkembang. Tahun 2021 penjualan netto tumbuh sebesar 2,01 persen dan tahun 2022 tumbuh sebesar 2,25 persen. Pertumbuhan penjualan di sebabkan karena strategi pemasaran yang makin efektif. Perusahaan membuka cabang di beberapa wilayah di Sulawesi Tengah sehingga memperbesar volume penjualan.

Pertumbuhan Aktiva Lancar

Pertumbuhan aktiva lancar diukur dari tahun 2020 sampai 2022 bertujuan untuk melihat seberapa besar persentase pertumbuhan setiap tahunnya. Berikut laporan neraca  PT. Marif Jaya Membangun yang berakhir desember 2020 sampai desember 2022:

keuangan-modal-working

Kondisi aktiva lancar tahun 2021 mengalami penurunan sebesar 9,83 persen sedangkan tahun 2022 cenderung meningkat signifikan sebesar 19,84 persen. Jika di telusuri penurunan aktiva lancar di tahun 2021 disebabkan oleh menurunnya beberapa komponen aktiva seperti piutang berelasi yang turun 20 persen, uang muka dan piutang lain-lain pihak ketiga turun 1,46 persen, persediaan turun 27,75 persen, beban dibayar dimuka turun sebesar 6,47 persen.

Adapun di tahun 2022  kenaikan aktiva lancar di dorong oleh beberapa komponen yang meningkat seperti peningkatan piutang usaha pihak berelasi sebesar 3,71 persen, uang muka dan piutang lain-lain pihak berelasi naik tipis 0,06 persen, persediaan naik 82,98 persen dan beban dibayar dimuka naik 0,13 persen.

Pertumbuhan Utang Lancar

Pertumbuhan utang lancar pada dasarnya diperlukan untuk mendorong peningkatan perputaran modal. Namun juga utang lancar hendaknya tidak menjadi semakin besar. Hal itu karena dapat membebani aktiva lancar dalam menjamin utang lancar. Olenya itu perlu di lakukan pemantauan terus menerus mengenai pertumbuhan utang lancar. Berikut ini disajikan ringkasan laporan neraca  PT. Marif Jaya Membangun.

laba-rugi-capital

Tahun 2021 utang lancar secara umum turun sebesar 0,79 persen sedangkan tahun 2022 mengalami peningkatan sebesar 0,33 persen. Penurunan utang lancar tahun 2021 disebabkan beberapa komponen utang lancar yang berkurang seperti utang usaha pihak ketiga turun 0,81 persen, pajak penghasilan badan turun 3,86 persen, utang lain-lain pihak ketiga turun 6,96 persen dan kewajiban imbalan kerja jangka panjang-bagian jangka pendek turun 2,81 persen. Adapun tahun 2022 mengalami peningkatan karena beberapa komponen yang meningkat diantaranya utang pajak penghasilan badan naik sebesar 4,32 persen,  kewajiban imbalan kerja jangka panjang-bagian jangka pendek naik 14,65 persen.

Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover)

Tujuan melakukan analisis perputaran modal kerja atau working capital turnover menurut Kasmir (2016:182) adalah untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja perusahaan selama periode tertentu. Artinya seberapa banyak modal kerja berputar selama suatu periode atau dalam suatu periode.

Riyanto, Bambang. 2016. Dasar-Dasar Pembelanjaan Edisi 4, Lembaga Penerbit BPFE-Yogyakarta



Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan di atas menunjukkan perputaran modal perusahaan makin melambat. Perlambatan di tahun 2021 disebabkan karena adanya peningkatan aktiva lancar sebesar  0,53 persen. Meskipun disini ada pengurangan utang lancar namun porsinya sangat kecil hanya 0,79 persen. Sebenarnya sih! tidak buruk-buruk amat ya!, karena tetap saja modal kerja berputar cukup lancar.

Demikian pula tahun 2022 perputaran modal kerja bahkan turun sangat signifikan. Penyebab paling besar adalah kenaikan aktiva lancar dan utang lancar. Aktiva lancar naik 23,75 persen dan utang lancar naik 0,33 persen. Sebenarnya penjualan juga mengalami peningkatan 2,25 persen namun persentase kenaikan penjualan jauh lebih rendah dibandingkan persentase peningkatan aktiva lancar.

Perusahaan tetap perlu memikirkan strategi pemasaran yang lebih efektif. Riset pasar harus tetap dilakukan dan kualitas produk menjadi prioritas untuk menghindari terjadinya pengembalian produk. Berbagai komponen aktiva lancar dan utang lancar perlu dievaluasi untuk menghindari peningkatan dan penurunan yang kurang wajar. Secara umum perusahaan memiliki performance yang baik.

Tulisan di atas diharapkan dapat menambah referensi bagi sahabat sekalian. Bisa juga di tambahkan dengan berbagai referensi lainnya yang ada di blog ini. Masih ada konten-konten menarik di blog ini yang perlu sahabat simak ya!. Oke deh! Terima kasih sudah menyimak. Sehat dan bahagia selalu.